Generasi muda identik dengan passion
(keinginan besar), suka dengan hal-hal yang menantang. Oleh karena itu, kita tak
bisa dipungkiri bahwa tantangan itu akan secara otomatis menjadi sesuatu kegiatan
yang “harus” ditaklukkan. Kata-kata “harus” ini seakan-akan menjadi motivator
penggerak setiap langkah kegiatan apapun yang mengindikasikan bahwa keinginan
harus terlaksana, harus tercapai, harus sesuai target, dan seterusnya.
Permasalahannya, tantangan itu tidak hanya ada
saat sekarang, tetapi dalam jangka panjang di masa depan kita juga dihadapkan
pada suatu tantangan yang bahkan lebih complicated. Jika ada tantangan
pastinya harus dihadapi juga dijalani, tidak mungkin melarikan diri, atau lebih
konyol lagi berharap kembali ke masa lalu (bagaimana caranya?).
How to face the future challenge
Terstruktur dan sistematis sepertinya harus
dilakukan sejak awal, supaya tidak semrawut (disorganize). Pengaturan terstruktur
dan sistematis ini akan menjadi ciri khas generasi muda yang tidak serampangan
atau bonek (bondo nekat), terkesan tidak asal-asalan
dalam mengambil keputusan, dan identik dengan generasi muda yang well- educated.
Cara-cara berikut mungkin dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari dalam merespon setiap tantangan yang ada:
Identifikasi. Kenali tantangan itu sendiri. Kita
mengenal slogan "Kenalilah diri Anda”, slogan yang diucapkan oleh Socrates, filosof
terkenal yang hidup di Athena, Yunani, pada abad keempat sebelum Masehi. Selain
itu, Hadits Nabi Saw menyebutkan, “Siapa yang mengetahui dirinya sendiri, akan
mengetahui Tuhannya” (man ‘arafa nafsahu ‘arafa rabbahu). Pentingnya
mengenali tantangan supaya tidak terjebak pada suatu situasi yang tidak
menguntungkan. Cara yang umum dilakukan untuk mengenali tantangan adalah
mengidentifikasi, seperti:
- Minat. Setiap orang pasti memiliki bakat yang sudah ada sejak lahir. Selanjutnya, minat akan melahirkan kegemaran, hobi dan kesukaan. Kita tidak mungkin memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu hal yang ia sendiri tidak suka. Seperti memaksa orang lain melakukan kegiatan politik, padahal orang tersebut tidak suka.
- Gagasan. Ketika ada keinginan pasti ada ide-ide kreatif. Berkreasi tanpa henti membutuhkan pemikiran-pemikiran aktif dan kreatif.
- Teori. Cari referensi untuk memperkuat keinginan anda. Kita tidak dapat mengabaikan bahwa apa yang kita lakukan hari ini pasti sudah pernah dilakukan oleh pendahulu kita di masa lalu, dan tindakan/ kegiatan pendahulu kita tersebut mungkin sudah dijadikan sebagai suatu literature atau referensi yang ditujukan bagi penerusnya, demi alasan perbaikan di masa mendatang.
Realisasi. Setelah melalui proses perencanaan yang terstruktur dan sistematis, tibalah pada suatu aksi realisasi. Kita tidak bisa selamanya beretorika, tetapi kita dituntut berlogika dalam tindakan nyata. Retorika tidak ubahnya seperti “tong kosong bunyinya nyaring”. Evaluasi. Serangkaian realisasi tidak semuanya berjalan mulus sesuai rencana, adakalanya terjadi kesalahan, kegagalan, kesalahpahaman, salah komunikasi, dll. Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu evaluasi yang meninjau kelemahan dan kelebihan suatu kegiatan aksi realisasi.
Dengan demikian, merespon tantangan masa depan
tidaklah harus disikapi dengan grusa-grusu (tergesa-gesa), mencapai
segalanya dengan cepat tapi berantakan dikemudian hari. Melainkan menghadapinya
dengan realistis, terstruktur, sistematis dan berpikir panjang, terkonseptual
dengan matang.
Melihat secara realistis bahwa sosok
Dino Patti Djalal memiliki berbagai kompetensi yang eligible untuk
menjadi seorang pemimpin. Berbagai prestasi telah diraih dengan semangat etos
kerja yang tinggi. Memiliki segudang pengalaman politik yang tidak diragukan
lagi kehandalannya.
Segala tindakan yang dilakoninya
sangat terstruktur dan sistematis—konseptual, sehingga ia berhasil menulis 7
buku, antara lain:
- "Para geopolitik maritim di Indonesia kebijakan teritorial" (Jakarta: CSIS, 1996)
- "Transformasi Indonesia" (Jakarta: Gramedia, 2005)
- "Indonesia pada bergerak" (Jakarta: Gramedia, 2006); kemudian diterjemahkan ke dalam "Indonesia Unggul" (Jakarta: Gramedia, 2008)
- "Harus Bisa!" (Jakarta: Merah Putih, 2008)
- "Energi Positif" (Jakarta: Merah Putih, 2009)
- “Dekade transformasional” (Jakarta, Merah Putih, 2011)
- “Cerita kehidupan: Resep sukses dan etos hidup diaspora Indonesia di Negeri Orang”( Jakarta, Merah Putih, 2012).
Dalam Buku keempat "Harus Bisa!"
Menjadi buku best seller nasional di Indonesia - sekitar 1,7 juta kopi telah
dicetak. Buku itu berisi cerita-cerita politik, anekdot, dan pelajaran
kepemimpinan dari Presiden SBY, diambil dari buku harian pribadinya sebagai
Juru Bicara Presiden di Jakarta Globe menyebutnya "buku terbaik mengenai
kepemimpinan di Indonesia". Ribuan posting komentar di Facebook telah menyebutkan
buku ini "inspirasional".
Selain itu, Dr Dino Patti Djalal telah menulis
banyak artikel untuk media massa domestik dan internasional. Selama karir diplomatic
menjadi pemrakarsa (inisiator) sejumlah kebijakan, seperti:
- Dialog keamanan Indonesia – Amerika Serikat, konsultasi bilateral tahunan dalam masalah keamanan dan pertahanan yang diadakan tahun 2001, dan dilanjutkan hingga hari ini. Secara signifikan, dialog ini telah dimulai 4 tahun sebelum hubungan militer-untuk-militer Indonesia- Amerika Serikat dinormalkan tahun 2005.
- Proses Forestry-11 (F-11), proses konsultatif melibatkan Negara hutan hujan tropis di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang dimulai tahun 2007 untuk meningkatkan peran kritis mereka sebagai bagian penurunan karbon global untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
- Salah satu arsitek dari Global Inter-Media Dialogue, disponsori oleh Indonesia and Norwegia untuk memperkenalkan kebebasan pers serta toleransi agama dan budaya dan disusun oleh President Susilo Bambang Yudhoyono setelah krisis kartun. Dialog antar-Media global diadakan di Bali 2 September 2006 dihadiri oleh jurnalis dari Negara-negara barat dan Islam. Diskusi dilakukan secara bebas tanpa intervensi pemerintah.
- Presidential Visitor’s Program, program tahunan untuk mengundang Friends of Indonesia dari seluruh dunia untuk mengunjungi Indonesia selama masa perayaan kemerdekaan pertengahan Agustus.
Selain itu, Dr Dino adalah Sherpa Indonesia
untuk G-8 Outreach Summit pertemuan di Hokkaido, Jepang pada tahun 2008. Dia
juga adalah wakil Indonesia "Jaringan Pimpinan dalam mendukung reformasi di
Perserikatan Bangsa-Bangsa” pada tahun
2005, dipimpin oleh Perdana Menteri Swedia Göran Persson.
Kiprahnya di bidang perpolitikan yang begitu banyak yang tidak dapat penulis ulas keseluruhan di blog ini, untuk lebih detailnya mengenai Dino Patti Djalal anda simak di website resminya di http://dinopattidjalal.com.
Kiprahnya di bidang perpolitikan yang begitu banyak yang tidak dapat penulis ulas keseluruhan di blog ini, untuk lebih detailnya mengenai Dino Patti Djalal anda simak di website resminya di http://dinopattidjalal.com.
Baru-baru ini, Dino Patti Djalal menjadi
peserta Konvensi Calon Presiden dari partai Demokrat. Ia adalah
orang pertama yang melaporkan rekening kampanyenya kepada KPK dan akan membuka
akses kepada publik melalui website untuk transparansi dan
akuntabilitas sehingga potensi penyalahgunaan jabatan yang diembannya
dapat dihindari. Dino menganggap langkah ini sebagai bagian dari misi “modernisasi
politik Indonesia” yang diusungnya dan sebagai langkah konkrit untuk
menghindari keburukan praktek “money politics”. Jadi layakkah Dino
Patti Djalal menjadi pemimpin Indonesia, bagaimana menurut pendapat anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentar yang sopan, setiap komentar yang sesuai tema akan diterima dengan baik, dan yang Anonymous kami mohon maaf terpaksa dihapus!