Pelayanan publik baru:pelayanan daripada pengendalian
Robert B.Denhardt
Janet Vinzant Denhardt
Universitas negeri Arizona
Manajemen public baru telah
menjuarai suatu visi manajer public sebagai pengusaha baru, cenderung dan terus
meningkatkan privatisasi pemerintah, tidak hanya menyaingi praktek tetapi juga
nilai bisnis. Pendukung dari manajemen public baru telah mengembangkan argument
mereka secara luas melalui pertentangan dengan administrasi public lama. Dalam
perbandingan ini, manajemen public baru akan, tentu, selalu menang. Kita di
sini menyatakan bahwa pertentangan yang lebih baik dengan apa yang kita sebut
dengan “pelayanan public baru”, pergerakan dibangun pada pekerjaan di
warganegara demokratis, komunitas dan masyarakat sipil, dan organisasi humanisme
dan teori pengungkapan. Kita menyatakan tujuh prinsip pelayanan public baru,
sebagian besar bahwa peran utama dari pelayan public untuk membantu warganegara
mengartikulasikan dan memenuhi kepentingan bersama mereka daripada untuk
mencoba mengontrol atau mengendalikan masyarakat.
Manajemen
public telah menjalani suatu revolusi. Daripada focus pada control birokrasi
dan pengiriman pelayanan, administrator public menjawab peringatan untuk
“pengendalian daripada baris” dan menjadi pengusaha baru, cenderung dan terus
meningkatkan privatisasi pemerintah. Hasilnya, sejumlah perubahan yang sangat
positif telah diimplementasikan dalam sector public (Osborne dan Gaebler 1992;
Osborne dan Plastrik, 1997; Kettl, 1993; Kettl dan DiIulio, 1995; Kettl dan Milward, 1996; Lynn, 1996). Tetapi sebagai
bidang administrasi public telah meningkatkan pembuangan ide baris dan telah
menerima tanggung jawab untuk pengendalian, apakah ini telah memperdagangkan
pandangan “adminicentrik” untuk orang lain? Osborne dan Gaebler menulis “orang
yang mengendalikan perahu memiliki lebih banyak kekuatan dari tujuannya
daripada orang yang berbaris di belakangnya” (1992; 32). Jika itu adalah kasus,
berubah dari baris ke pengendalian tidak hanya mungkin meninggalkan
administrator dalam beban dari perahu—memilih tujuannya dan arahan dan mempetakan
jalan untuk mencapai mereka—hal ini mungkin memberi mereka lebih banyak
kekuatan untuk melakukannya.
Dalam
kesibukan untuk mengendalikan, kita melupakan siapa yang memiliki perahu? Dalam
buku terbaru, Pemerintah adalah kita (1998), King dan Stivers mengingatkan kita
dari jawaban jelas. Pemerintah memiliki warganegaranya (lihat juga kotak 1998;
Cooper, 1991; King, Feltey, dan O’Neil, 1998; Stivers, 1994a,b; Thomas 1995).
Sesuai dengan itu, administrator public harus focus pada tanggung jawab mereka
untuk melayani dan memberdayakan warganegara seperti mereka kelola organisasi
public dan mengimplementasikan kebijakan public. Dengan kata lain, dengan
warganegara pada garis depan, menekankan tidak harus ditempatkan di
pengendalian maupun baris perahu pemerintah, tetapi agaknya dalam pembangunan
lembaga public ditandai dengan integritas dan tanggung jawab.
Latarbelakang
Seperti yang
digunakan di sini “manajemen public baru” mengacu pada kluster ide dan praktek
(termasuk penemuan kembali dan neo manajerialisme) yang dicari, pada intinya,
untuk menggunakan sector swasta dan pendekatan bisnis dalam sektor public. Sementara
telah lama ada sebutan untuk “menjalankan pemerintahan seperti bisnis”, versi
sekarang dari debat ini dalam Negara ini dicetuskan pada tahun 1990 oleh
presiden Clinton dan wakil presiden
Gore memiliki prakarsa untuk “membuat pemerintahan bekerja lebih baik dan
sedikit biaya”. Dibuat model setelah konsep dan ide diperkenalkan dalam buku
Osborne dan Gaebler 1992 Penemuan kembali pemerintahan (seperti halnya
usaha manajerialis dalam berbagai Negara lain, terutama Inggris raya dan
Selandia baru), administrasi Clinton
menjuarai berbagai reformasi dan proyek di bawah lapisan tinjauan kinerja
nasional. Pada sebagian, apa yang telah membedakan reformasi ini dan usaha
serupa pada level Negara dan local. Dari versi lebih lama dari menjalankan
pemerintah seperti gerakn bisnis adalah bahwa mereka melibatkan lebih dari
penggunaan tehnik bisnis. Agaknya, manajemen public baru telah menjadi suatu
model normative, satu tanda suatu perubahan menonjol bagaimana kita memikirkan
tentang peran administrator public, sifat profesi, dan bagaimana dan kenapa
kita melakukan apa yang kita lakukan.
Namun
kebanyakan sarjana dan praktisi telah berlanjut untuk menyatakan perhatian
tentang manajemen public baru dan peran bagi manajer public model yang
disarankan ini. Contoh, pada tinjauan administrasi public terkini symposium
pada kepemimpinan, demokrasi dan manajemen public, sejumlah penulis memikirkan
kesempatan dan tantangan yang disajikan oleh manajemen public baru. Tantangan
manajemen public baru tersebut dalam symposium dan di tempat lain menanyakan
pertanyaan tentang kontradiksi yang melekat dalam pergerakan (Fox, 1996), nilai
yang diusulkan oleh manajemen ini (deLeon dan Denhardt, 2000; Frederikson,
1996; Schachter, 1997); tekanan antara penekanan pada desentralisasi
diperkenalkan dalam model pasar dan kebutuhan untuk koordinasi dalam sector
public (Peters dan Savole, 1996); peran yang dinyatakan dan hubungan dari cabang
eksekutif dan legislative (Carroll dan Lynn, 1996); dan dampak pergerakan
privatisasi untuk nilai demokrasi dan kepentingan public (McCabe dan Vinzant,
1999). Orang lain telah menyatakan bahwa kewirausahaan public dan apa yang
disebutkan oleh Terry (1993, 1998) “neomanajerialisme” mengancam untuk
mendasari demokrasi dan nilai konstitusional seperti kewajaran, keadilan,
perwakilan dan partisipasi.
Kita
menyarankan bahwa, di luar kritik terpisah ini, apa yang hilang adalah satuan
pengorganisasian prinsip untuk suatu alternative untuk manajemen public baru. Kita
menolak gagasan bahwa penemuan kembali, manajemen public baru
berorientasi-pasar hanya harus dibandingkan untuk administrasi public lama, yang
meskipun ini banyak kontribusi penting, telah menjadi sinonim dengan birokrasi,
hirarki, dan control. Jika itu adalah perbandingan, manajemen public baru akan
selalu menang. Kita akan menyatakan sebagai ganti bahwa manajemen public baru
harus bertentangan dengan apa yang kita istilahkan “pelayanan public baru”,
suatu satuan ide tentang peran administrasi public dalam system pemerintahan
yang menempatkan warganegara pada pusatnya.
Sementara
telah banyak tantangan untuk manajemen public baru dan kebanyakan ide alternative
secara mencolok dilanjutkan oleh sarjana dan praktisi, tidak ada percobaan
untuk mengatur usaha ini dan mendasari tema umum mereka. Artikel ini adalah
suatu usaha untuk melakukannya. Pertama, singkatnya meringkas pondasi dan
argument utama dari manajemen public baru seperti pertentangannya dengan
administrasi public lama. Model ini kemudian menjelaskan model normative
alterantif yang kita sebut “pelayanan public baru”. Model baru ini selanjutnya
menjelaskan debat dengan menyatakan cara
baru pemikiran tentang kekuatan dan kelemahan semua dari ketiga
pendekatan. Kita menyimpulkan dengan mempertimbangkan dampak penempatan
warganegara, kewarganegaraan, dan kepentingan public pada baris depan dari
pelayanan public baru.
Manajemen public baru dan administrasi public lama
Lebih dari
satu dan setengah decade lalu, manajemen public baru (sekali lagi, termasuk
pergerakan penemuan kembali dan manajerialisme baru) secara harfiah menyapu
Negara dan dunia. Tema umum dalam banyak sekali aplikasi dari ide ini telah
menggunakan mekanisme pasar dan terminology, dimana hubungan antara perwakilan
public dan konsumen mereka dipahami berdasarkan kepentingan diri sendiri,
melibatkan transaksi serupa untuk kepentingan yang terjadi di tempat kerja.
Manajer public dinyatakan untuk “pengendalian, bukan baris” organisasi mereka,
dan mereka ditantang untuk menemukan cara baru dan inovatif untuk mencapai
hasil atau untuk memprivatisasi fungsi sebelumnya yang disediakan oleh
pemerintah.
Pada dua
decade terakhir, kebanyakan pembenaran public dan perwakilan memiliki prakarsa
usaha untuk meningkatkan produktivitas dan menemukan mekanisme
pengiriman-pelayanan alternative berdasarkan asumsi pilihan dan perspektif
public. Manajer public telah berkonsentrasi pada akuntabilitas dan kinerja
tinggi dan telah mencari restrukturisasi perwakilan birokrasi, menjelaskan misi
organisasi, proses perwakilan efisien, dan desentralisasi pembuatan keputusan.
Dalam banyak kasus, pemerintah dan perwakilan pemerintah telah melanjutkan privatisasi fungsi public sebelumnya,
mengatasi eksekutif atas yang bertanggung jawab untuk tujuan kinerja,
mengembangkan proses baru untuk mengukur produktifitas dan efektifitas dan
pengaturan ulang system departemental untuk mencerminkan kekuatan komitmen
untuk akuntabilitas (Aristigueta, 1999; Barzelay, 1992; Boston dkk, 1996;
Kearns, 1996). Efektifitas dari agenda reformasi ini di Amerika Serikat,
seperti halnya dalam sejumlah Negara lain, telah mengambil pemerintahan di
seluruh dunia pada catatan bahwa standar baru dicari dan peran baru
dikembangkan.
Ide ini
dikristalkan dan dipopulerkan dengan buku Osborne dan Gaebler. Penemuan kembali
pemerintahan (1992; lihat juga Osborne dan Plastrik, 1997). Osborne dan Gaebler
menyediakan sejumlah prinsip terkemuka sekarang melalui “pengusaha public”
mungkin membawa reformasi pemerintahan massif—ide yang masih di inti manajemen
public baru. Osborne dan Gaebler memaksudkan prinsip ini untuk melayani
konseptual baru atau kerangka kerja normative untuk administrasi public, daftar
cek analitikal untuk transformasi tindakan pemerintah: “apakah yang kita
jelaskan tak kurang dari perubahan dalam model dasar pemerintahan yang
digunakan di Amerika. Perubahan ini sedang berlangsung disekitar kita, tetapi
disebabkan kita tidak mencarinya, sebab kita mengasumsikan bahwa semua
pemerintahan harus menjadi besar, terpusat, dan birokratik, kita jarang
melihatnya. Kita buta untuk realitas baru, sebab mereka tidak sesuai pra
persepsi kita” (1992, 321).
Pembenaran
intelektual lain untuk manajemen public baru disusun sebaik-baiknya. Pembenaran
ini, seperti dicatat Lynn (1996), secara luas dating dari sekolah “kebijakan
public” yang dikembangkan di tahun 1970an dan dari pergerakan “manajerialis”
diseluruh dunia (Pollit, 1990). Kaboolian mencatat bahwa manajemen public baru
menyatakan “susunan seperti-pasar seperti persaingan dalam unit pemerintahan
dan lintas batas pemerintahan untuk sector non profit dan untuk profit, bonus
kinerja, dan penalty (untuk) mengendurkan waralaba monopoli tidak efisien dari
perwakilan public dan pekerja public” (1998, 190). Memperinci titik ini, Hood
menulis bahwa manajemen public baru bergerak menjauh dari mode tradisional
legitimasi birokrasi public, seperti usaha perlindungan procedural dalam kebijaksanaan
administrative, menuju ke “kepercayaan dalam pasar dan metode bisnis
swasta…ide…ditulis dalam bahasa rasionalisme ekonomi” (1995, 94).
Layaknya
suatu, manajemen public baru dengan jelas dikaitkan untuk perspektif pilihan
public dalam administrasi public. Dalam bentuk paling sederhananya, pandangan
pilihan public pemerintah dari sudut pandang pasar dan konsumen. Pilihan public
tidak hanya menghasilkan elegan, dan untuk beberapa, model memaksa pemerintah,
model juga menyajikan jenis peta jalan intelektual untuk usaha praktek untuk
mengurangi pemerintah dan membuatnya sedikit mahal. Dan ini juga tidak tahu
malu, John Kamensky, salah satu arsitek dari tinjauan kinerja nasional,
berkomentar bahwa manajemen public baru dengan jelas dikaitkan untuk pergerakan
pilihan public, bidang sentral dari “semua perilaku manusia didominasi oleh
kepentingan diri sendiri” (1996, 251).
Manajemen
public baru tidak hanya implementasi tehnik baru, manajemen ini dilakukan
dengan satuan baru nilai, terutama satuan nilai secara luas ditarik dari sector
swasta. Seperti yang telah kita catat, ada tradisi yang sudah lama ada dalam
administrasi public mendukung ide bahwa “pemerintahan harus dijalankan seperti bisnis”.
Untuk sebagian besar bagian, rekomendasi ini telah dimaksudkan bahwa perwakilan
pemerintahan harus menggunakan praktek, berkisar antara “manajemen ilmiah”
untuk “manajemen kualitas total”, yang telah ditemukan berguna dalam sector
swasta. Manajemen public baru mengambil ide ini satu langkah selanjutnya,
menyatakan bahwa pemerintah tidak harus menggunakan tehnik administrasi bisnis,
tetapi harus menggunakan nilai bisnis tertentu. Manajemen public baru menjadi
model normative untuk administrasi public dan manajemen public.
Dalam membuat
kasus mereka, pendukung manajemen public baru seringkali menggunakan administrasi
public lama sebagai kertas perak, melawan prinsip kewirausahaan dapat dilihat
sebagai keunggulan. Contoh, Osborne dan Gaebler bertentangan prinsip mereka
dengan birokrasi formal alternative diganggu dengan peraturan berlebihan,
dibatasi dengan anggaran kaku dan system personel, dan dipenuhi dengan control.
Birokrasi tradisional ini dijelaskan seabgai pengabaikan warganegara, menghindari
inovasi, dan melayani kebutuhan mereka sendiri. Menurut Osborne dan Gaebler, “jenis
pemerintahan yang dikembangkan selama era industri dengan kelembaman mereka,
memusatkan birokrasi, memenuhi dengan peraturan dan regulasi dan rangkaian
hirarki perintah, tidak lagi bekerja dengan baik” (1992, 11-12). Kenyataannya,
sementara mereka melayani tujuan awal mereka, “lembaga birokrasi…terus
meningkatkan kegagalan kita” (15).
Apakah bidang
administrasi public lama birokratik ini, dan masuk akal untuk mencirikan
pemikiran sekarang yang gagal di luar manajemen public baru sebagai bukti
administrasi public lama? Tentu tidak ada satuan tunggal ide disetujui oleh
semua yang berkontribusi dari beberapa decade untuk administrasi public lama (tidak
ada satuan ide tunggal yang semua dihubungkan dengan manajemen public baru akan
disetujui). Tetapi ada elemen teori administrasi public dan praktek yang
kelihatan menentukan satuan panduan dari ide atau model normative yang sekarang
kita hubungkan dengan secara umum dengan administrasi public. Kita menyatakan
model ini termasuk ajaran berikut;
- Administrasi public secara politik netral, menilai ide kompetensi netral.
- Focus pemerintah adalah pengiriman langsung dari pelayanan. Struktur organisasional terbaik adalah birokrasi terpusat.
- Program diimplementasikan melalui mekanisme control top down, membatasi kebijaksanaan sebanyak mungkin.
- Birokrasi mencari system tertutup untuk seluas mungkin, dengan demikian membatasi keterlibatan warganegara.
- Efisiensi dan rasionalitas adalah nilai paling penting dalam organisasi public.
- Administrator public tidak memainkan peran sentral dalam pembuatan keputusan dan pemerintahan: mereka dibebani dengan implementasi efisien dari sasaran public.
- Pekerjaan administrator public dijelaskan oleh Gullick POSDCORB (1937:13).
Jika kita
membandingkan prinsip manajemen public baru dengan prinsip ini, manajemen
public baru dengan jelas kelihatan seperti alternative yang disukai. Tetapi
bahkan pengujian sepintas lalu dari literature administrasi public menunjukkan
bahwa ide tradisional tidak sepenuhnya mencakup teori atau praktek pemerintahan
sekarang (Box, 1998; Bryson dan Crosby, 1992; Carnavale, 1995; Cook 1996;
Cooper, 1991; deLeon, 1997; Denhardt, 1993; Farmer, 1995; Fox dan Miller, 1995;
Frederikson, 1997; Gawthrop, 1998; Goodsell, 1994; Harmon, 1995; Hummel, 1994;
Ingraham, dkk, 1994; Light, 1997; Luke, 1998; McSwite, 1997; Miller dan Fox,
1997; Perry, 1996; Rabin, Hildreth, dan Miller, 1998; Rohr, 1998; Stivers,
1993; Terry, 1995, 1998; Thomas, 1995; Vinzant dan Crothers, 1998; Wamsley,
dkk, 1990; Wamsley dan Wolf, 1996). Bidang administrasi public, tentu, belum
dimasukkan dalam retorika reformasi progresif untuk 100 tahun terakhir. Sebagai
ganti, ada evolusi bergetar dan kaya dalam pemikiran dan praktek, dengan
perkembangan penting dan substansial yang tidak dapat digolongkan pada judul
“manajemen public baru”. Jadi ada lebih dari dua pilihan. Kita akan menggali
alternative ketiga berdasarkan intelektual terkini dan perkembangan praktis
dalam administrasi public, salah satu dapat kita sebut pelayanan public baru.
Akar pelayanan public baru
Seperti
manajemen public baru dan administrasi publik lama, pelayanan public baru terdiri dari banyak elemen berbeda, dan banyak
sarjana berbeda dan praktisi telah berkontribusi, seringkali dalam
ketidaksepakatan satu sama lain. Namun ide umum tertentu kelihatan mencirikan
pendekatan ini sebagai model normative dan untuk membedakannya dari model lain.
Sementara pelayanan public baru telah muncul baik dalam teori dan dalam praktek
inovatif dan lanjutan dari banyak manajer public yang patut dicontoh (Denhardt,
1993; Denhardt dan Denhardt, 1999), dalam seksi ini kita akan menguji pondasi
konseptual dari pelayanan public baru. Pasti pelayanan public baru dapat
meletakkan klaim untuk warisan intelektual impresif, termasuk, dalam
administrasi public, dan pekerjaan dari Dwight Waldo (1948) dan dalam teori
politik, pekerjaan Sheldon Wolin (1960). Meskipun demikian, di sini kita akan
focus pendahuluan lebih sejaman dari pelayanan public baru, termasuk (1) teori
kewarganegaraan demokratik, (2) model komunitas dan masyarakat sipil; dan (3)
humanisme organisasional dan teori pengungkapan. Kita akan menguraikan apa yang
kita lihat sebagai ajaran utama dari pelayanan public baru.
Teori kewarganegaraan demokratik
Perhatian
tentang kewarganegaraan dan demokrasi adalah penting dan kelihatan pada teori
politik dan social terkini, baik disebut untuk memperkuat kembali dan lebih
aktif dan melibatkan warganegara (Barber, 1984; Mansbridge, 1990; Mansbridge,
1992; Pateman, 1970; Sandel, 1996). Dari relevansi khusus untuk pembahasan kita
adalah saran Sandel bahwa model yang berlaku dari hubungan antara Negara dan
warganegara berdasarkan ide dimana pemerintah ada untuk memastikan warganegara
dapat membuat pilihan konsisten dengan kepentingan diri mereka sendiri dengan
menjamin prosedur pasti (seperti voting) dan hak individu. Jelasnya, perspektif
ini konsisten dengan ekonomi pilihan public dan manajemen public baru (lihat
Kamensky, 1996). Tetapi Sandel menawarkan pandangan alternative dari
kewarganegaraan demokratis, salah satu dimana individu lebih banyak aktif
terlibat dalam pemerintahan. Dalam pandangan ini, warganegara kelihatan di luar
kepentingan diri mereka sendiri untuk kepentingan public lebih luas,
menggunakan perspektif lebih luas dan jangka panjang yang membutuhkan
pengetahuan hubungan masyarakat dan juga perhatian kepemilikan, perhatian untuk
keseluruhan dan ikatan moral dengan komunitas dimana nasib taruhannya (Sandel,
1996, 5-6; lihat juga Schubert, 1957).
Konsisten
dengan perspektif, King dan Stivers (1998) menegaskan bahwa administrator harus
melihat warganegara sebagai warganegara (daripada hanya pemberi suara, klien
atau konsumen); mereka harus berbagi otoritas dan mengurangi control, dan
mereka harus percaya dalam keberhasilan kolaborasi. Selain itu, bertentangan
dengan manajerialis disebut untuk keberhasilan lebih besar, King dan Stivers
menyatakan bahwa manajer public mencari tanggung jawab lebih besar dan
menghubungkan peningkatan dalam kepercayaan warganegara. Perspektif ini
langsung mendasari pelayanan public baru.
Model komunitas dan masyarakat sipil
Baru-baru ini,
telah ada kelahiran baru kepentingan dalam ide komunitas dan sipil di Amerika.
Pemimpin politik kedua partai politik utama, sarjana kemah berbeda, penulis
penjualan terbaik dan komentator popular tidak hanya sepakat dengan komunitas
di Amerika telah memburuk, tetapi diakui bahwa kita dengan bebas membutuhkan
perhatian pembaharuan dari komunitas. Meskipun peningkatan perbedaan di
Amerika, atau mungkin sebab dari itu, komunitas kelihatan sebagai suatu cara
membawa kesatuan dan sintesis (Bellah dkk, 1985, 1991; Etzioni, 1988, 1995;
Gardner, 1991; Selznick, 1992). Dalam administrasi public, penyelidikan untuk
komunitas telah digambarkan dalam pandangan bahwa peran pemerintah, terutama
pemerintah local, sesungguhnya untuk membantu menciptakan dan mendukung
“komunitas”.
Dalam bagian,
usaha ini bergantung pada bangunan kesehatan dan satuan aktif dari “lembaga
perantara” yang secara simultan memberikan focus untuk keinginan dan
kepentingan warganegara dan menyediakan pengalaman yang dipersiapkan dengan
lebih baik warganegara tersebut untuk tindakan dalam system politik lebih luas.
Seperti pernyataan Putnam (1995), tradisi demokrasi Amerika bergantung pada
eksistensi keterlibatan warganegara, aktif dalam semua jenis grup, asosiasi dan
unit pemerintah. Secara kolektif, grup kecil ini menentukan “masyarakat sipil”
dimana masyarakat butuh untuk bekerja di luar kepentingan personal mereka dalam
kontek perhatian komunitas. Hanya di sini warganegara dapat terlibat satu sama
lain dalam jenis dialog personal dan pertimbangan yaitu kepentingan bangunan
komunitas dan demokrasi itu sendiri. Sekali lagi, seperti yang disampaikan King
dan Stivers (1998), pemerintah dapat memainkan peran penting dan kritis dalam
menciptakan, memudahkan, dan mendukung koneksi ini antara warganegara dan
komunitas.
Humanisme organisasional dan teori pengungkapan
Lebih dari 25
tahun lalu, teoris administrasi public, termasuk teoris yang termasuk dengan
administrasionis public radikal dari akhir tahun 1960an dan awal 1970an (Marini
1971), telah menggabungkan kolega dalam disiplin lain dalam menyatakan bahwa
pendekatan hirarki tradisional untuk organisasi social dan pendekatan positivis
untuk ilmu social saling memperkuat. Konsekuensinya, mereka telah bergabung
dalam kritik birokrasi dan positivisme, memimpin, pada gilirannya, untuk
mencari pendekatan alternative managemen dan organisasi dan penggalian
pendekatan baru untuk mengetahui akuisisi—termasuk teori interpretif (contoh,
Harmon, 1981), teori kritis (Denhardt, 1981), dan postmodernisme (Farmer, 1995;
Fox dan Miller, 1995; McSwite, 1997; Miller dan Fox, 1997). Secara kolektif, pendekatan
ini telah mencari gaya organisasi
public sedikit didominasi oleh masalah otoritas dan control dan lebih penuh
perhatian untuk kebutuhan dan perhatian pekerja di dalam organisasi public
seperti halnya pekerja di luar terutama klien dan warganegara.
Tren ini telah
menjadi pusat interpretative dan analisis kritis dari birokrasi dan masyarakat,
tetapi mereka telah diperluas selanjutnya dalam usaha terkini untuk menggunakan
perspektif pemikiran postmodern, terutama teori pengungkapan dalam memahami
organisasi public. Sementara ada perbedaan signifikan antara berbagai teoris
postmodern, mereka kelihatan tiba pada kesimpulan serupa—sebab kita bergantung
satu sama lain dalam dunia postmodern, pengaturan harus berdasarkan
pengungkapan yang sungguh-sungguh dan terbuka diantara partai, termasuk
warganegara dan administrator. Dan sementara teoris administrasi public
postmodern ragu-ragu dari pendekatan tradisional untuk partisipasi public,
kelihatan kesepakatan dapat dipertimbangkan yang meningkatkan dialog public
dibutuhkan untuk memperkuat kembali birokrasi public dan memperbaiki perasaan
legitimasi pada bidang administrasi public. Dengan kata lain, sfs kebutuhan
untuk mengkonseptualisasikan ulang bidang, dan baik secara praktis dan
intelektual, sehingga untuk membangun pelayanan public baru.
Pelayanan public baru
Teoris
kewarganegaraan, komunitas dan masyarakat sipil, humanis organisasional, dan
administrasionis public postmodernis telah membantu mengembangkan iklim dimana
ini dipertimbangkan hari ini untuk berbicara tentang pelayanan public baru. Lebih
dulu kita mengakui bahwa perbedaan ada dalam sudut pandang ini, kita menyatakan
ada kesamaan yang membedakan kluster ide yang kita sebut pelayanan public baru
dari pelayanan tersebut dihubungkan dengan manajemen public baru dan
administrasi public lama. Apalagi, ada sejumlah pelajaran praktis bahwa
pelayanan public baru disarankan untuk administrasi public tersebut. Pelajaran
ini tidak saling eklusif, agaknya mereka saling memperkuat. Diantara ini, kita
menemukan sebagian besar pemaksaan berikut ini:
1.
Pelayanan, daripada pengendalian. Terus
meningkatkan kepentingan peran pelayan public untuk membantu warganegara
mengartikan dan memenuhi kepentingan bersama mereka, daripada mencoba
mengontrol atau mengendalikan masyarakat dalam arahan baru.
Sementara di
masa lalu, pemerintah memainkan peran inti dalam apa yang disebut “pengendalian
masyarakat” (Nelissen, dkk, 1999), kompleksitas kehidupan modern kadang-kadang
membuat peran tersebut tidak hanya tidak tepat, tetapi tidak mungkin. Kebijakan
dan program tersebut yang memberikan struktur dan arahan untuk kehidupan social
dan politik hari ini adalah hasil dari interaksi kebanyakan grup dan organisasi
berbeda, campuran dari banyak pendapat dan kepentingan berbeda. Dalam banyak
bidang, hal ini tidak lagi dipertimbangkan untuk memikirkan kebijakan public
sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan pemerintah. Pemerintah adalah
sesungguhnya seorang pemain—dan dalam sebagian besar kasus adalah pemain sangat
substansial. Tetapi kebijakan public hari ini, kebijakan yang memandu
masyarakat, adalah keluaran dari suatu satuan komplek dari interaksi yang
melibatkan grup jamak dan kepentingan jamak akhirnya berkombinasi dalam mengagumkan
dan cara yang tidak dapat diramalkan. Pemerintah tidak lagi dibebani.
Dalam dunia baru
ini, peran utama dari pemerintah tidak hanya mengarahkan tindakan public
melalui regulasi dan dekrit (lebih dulu bahwa mungkin kadang-kadang menjadi
tepat), maupun ini hanya mengembangkan satuan peraturan dan insentif (potongan
atau pemikat) melalui mana seseorang akan dipandu dalam arahan “tepat”. Agaknya,
pemerintah menjadi pemain lain, meskipun pemain penting dalam proses pergerakan
masyarakat dalam satu arahan atau arahan lain. Tindakan pemerintah, dalam
persetujuan dengan grup dan organisasi swasta dan non profit, untuk mencari
solusi masalah yang dihadapi komunitas. Dalam proses ini, peran pemerintah
ditransformasikan dari satu control ke satu agenda pengaturan, membawa pemain
tepat untuk daftar dan memudahkan, menegosiasikan, atau menjadi perantara solusi untuk masalah public (seringkali
melalui koalisi dari perwakilan public, swasta dan non profit). Dimana secara
tradisional pemerintah telah menjawab kebutuhan dengan berkata “ya, kita dapat
menyediakan pelayanan tersebut”, atau “tidak, kita tidak dapat menyediakan”,
pelayanan public baru menyatakan bahwa petugas yang terpilih dan manajer public
harus menjawab permintaan warganegara tidak hanya dengan berkata ya atau tidak,
tetapi dengan berkata, “mari bekerja bersama-sama untuk menggambarkan apa yang
akan kita lakukan, kemudian membuatnya terjadi. Dalam dunia kewarganegaraan aktiv,
petugas public akan terus meningkatkan permainan daripada peran pengiriman
pelayanan—mereka akan memainkan konsiliasi, mediasi, atau bahkan peran hakim.
(secara incidental, peran baru ini akan membutuhkan keterampilan baru—bukan
keterampilan lama dari control manajemen, tetapi keterampilan baru dari
perantara, negosiasi, dan resolusi konflik).
2.
Kepentingan public adalah tujuan, bukan
oleh produk. Administrator public harus berkontribusi membangun kolektif,
berbagi gagasan kepentingan public. Tujuan tidak untuk menemukan solusi cepat
diarahkan oleh pilihan individu. Agaknya, ini penciptaan kepentingan yang sama
dan tanggung jawab yang sama.
Pelayanan public
baru meminta proses pengembangan visi untuk masyarakat bukan sesuatu yang hanya
ditinggalkan untuk pemimpin politik terpilih atau administrator public
disetujui. Sebagai gantinya, aktivitas pengembangan visi atau arahan adalah
sesuatu dimana dialog public tersebar luas dan pertimbangan adalah inti (Bryson
dan Crosby, 1992; Luke, 1998; Stone, 1988). Peran pemerintah akan terus
meningkat untuk membawa masyarakat bersama-sama dalam pengaturan yang
membolehkan pengungkapan tidak dibatasi dan otentik berkaitan dengan pengarahan
masyarakat harus diambil. Berdasarkan pertimbangan ini, visi berbasis luas
untuk komunitas, Negara atau bangsa dapat dikembangkan dan menyediakan satuan
panduan dari ide (atau ideal) untuk masa depan. Ini sedikit penting untuk
proses ini untuk menghasilkan dalam satuan tujuan tunggal daripada untuk
melibatkan administrator, politician, dan warganegara dalam proses berpikir tentang
keinginan masa depan untuk komunitas dan Negara mereka.
Selain itu, ini
memudahkan peran, pemerintah juga memiliki kewajiban moral untuk memastikan
solusi yang dihasilkan melalui proses tersebut sepenuhnya konsisten dengan
norma keadilan dan kewajaran. Pemerintah akan bertindak untuk memudahkan solusi
masalah public, tetapi ini juga akan bertanggung jawab untuk memastikan solusi
tersebut konsisten dengan kepentingan public—baik dalam substansi dan dalam
proses. Dengan kata lain, peran pemerintah akan menjadi salah satu penegasan
bahwa kepentingan public mendominasi, baik solusi itu sendiri dan proses dimana
solusi untuk masalah public dikembangkan konsisten dengan norma demokratis dari
keadilan, kewajaran, dan kesamaan (Ingraham dan Ban, 1988; Ingraham dan
Rosenbloom, 1989).
Singkatnya,
pelayan public akan mengambil peran aktif dalam menciptakan arena dimana
warganegara, melalui pengungkapan, dapat mengartikulasikan nilai bersama dan
mengembangkan perasaan kolektif dari kepentingan public. Daripada hanya menjawab
suara berbeda dengan membentuk kompromi, administrator public akan melibatkan
warganegara satu sama lain sehingga mereka memahami kepentingan satu sama lain
dan menggunakan jarak lebih lama dan perhatian lebih luas dari komunitas dan
kepentingan social.
3.
Berpikir secara strategis, bertindak
secara demokratis. Kebijakan dan program memenuhi kebutuhan public dapat paling
efektif dan bertanggung jawab dicapai melalui usaha kolektif dan proses
kolaboratif.
Untuk
merealisasikan visi kolektif, langkah berikutnya mengembangkan peran dan
bertanggung jawab dan mengembangkan langkah-langkah tindakan khusus untuk
bergerak ke tujuan yang diinginkan. Sekali lagi, ide tidak hanya untuk
mengembangkan suatu visi dan kemudian meninggalkan implementasi untuk ide
tersebut dalam pemerintah: agaknya, ini untuk menggabungkan semua pihak
bersama-sama dalam proses pelaksanaan program yang akan bergerak dalam arahan
yang diinginkan. Melalui keterlibatan dalam program pendidikan sipil dan dengan
mengembangkan jarak luas dari pemimpin sipil, pemerintah dapat merangsang
pembaharuan perhatian kebanggaan sipil dan tanggungjawab sipil/ kita mengharap
perhatian kebanggaan tersebut dan tanggung jawab untuk menyusun keinginan lebih
besar untuk melibatkan banyak level, seperti semua pihak bekerja bersama-sama
untuk menciptakan kesempatan untuk partisipasi, kolaborasi, dan komunitas.
Bagaimana hal
ini dapat dilakukan? Untuk mulai dengan, ada peran jelas dan penting untuk
pemimpin politik—untuk mengartikulasikan dan mendorong penguatan tanggung jawab
warganegara dan pada gilirannya, untuk mendukung grup dan individu terlibat
dalam pembangunan ikatan komunitas. Pemerintah tidak dapat menciptakan
komunitas. Tetapi pemerintah dan, lebih khusus, kepemimpinan politik, dapat
meletakkan pekerjaan dasar untuk tindakan warganegara efektif dan bertanggung
jawab. Masyarakat harus mengakui bahwa pemerintah terbuka dan dapat diakses—dan
tidak ingin terjadi kecuali pemerintah terbuka dan dapat diakses. Masyarakat
harus mengakui bahwa pemerintah responsive—dan tidak ingin terjadi kecuali
pemerintah responsive. Masyarakat harus mengakui bahwa pemerintah ada untuk
memenuhi kebutuhan mereka—dan tidak ingin terjadi kecuali pemerintah ada untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian, tujuan untuk memastikan bahwa pemerintah
terbuka dan dapat diakses, yang responsive, dan pemerintah dioperasikan untuk
melayani warganegara dan menciptakan kesempatan untuk kewarganegaraan.
4.
Melayani warganegara, bukan konsumen. Kepentingan
public dihasilkan dari dialog tentang nilai bersama, daripada pengumpulan
kepentingan diri sendiri. Karena itu, pelayan public tidak hanya menjawab
permintaan “konsumen” tetapi focus pada bangunan hubungan dari kepercayaan dan
kolaborasi dengan dan diantara warganegara.
Pelayanan public
baru mengakui bahwa hubungan antara pemerintah dan warganegaranya tidak sama
seperti antara bisnis dan konsumennya. Dalam sector public, ini permasalahan
untuk menentukan siapa konsumen, sebab pemerintah melayani lebih dari klien
mendesak. Pemerintah juga melayani orang yang ingin menunggu untuk dilayani,
orang yang membutuhkan pelayanan bahkan terlebih dulu mereka tidak secara aktif
mencarinya, generasi masa depan dari penerima pelayanan, keluarga dan teman
dari penerima segera, dan terus menerus. Mungkin ada konsumen yang tidak ingin
menjadi konsumen—seperti menerima tiket cepat.
Apalagi, beberapa
konsumen pemerintah memiliki sumberdaya lebih besar dan keterampilan lebih
besar dalam membawa permintaan mereka selanjutnya daripada lainnya. Apakah
pembenaran ini, seperti akan dalam sector swasta, bahwa mereka diperlakukan
lebih baik? Tentu tidak. Di pemerintahan, pertimbangan kewajaran dan kesamaan
memainkan peran penting dalam pengiriman pelayanan; sesungguhnya, dalam banyak
kasus, ada banyak pertimbangan daripada keinginan dari konsumen yang mendesak.
Meskipun
kepentingan jelas dari perbaikan konstan kesamaan pengiriman pelayanan sector
public, pelayanan public baru menyatakan bahwa pemerintah pertama tidak harus
menjawab atau secara ekslusif untuk mementingkan diri sendiri, kepentingan
jangka pendek dari “konsumen”. Sebagai ganti, hal ini menyatakan bahwa
masyarakat bertindak sebagai warganegara harus menunjukkan perhatian mereka
untuk komunitas lebih besar, komitmen mereka
untuk persoalan yang berada di luar kepentingan jangka pendek, dan
keinginan mereka untuk mengasumsikan tanggung jawab personal untuk apa yang
terjadi dalam lingkungan dan komunitas mereka. Setelah semua itu, ada diantara
penjelasan elemen kewarganegaraan efektif dan bertanggung jawab. Pada
gilirannya, pemerintah harus menjawab kebutuhan dan kepentingan warganegara.
Selain itu, pemerintah harus menjawab warganegara yang didefinisikan secara
luas daripada hanya dalam pertimbangan legalistic. Individu yang bukan
warganegara legal tidak hanya seringkali dilayani oleh program pemerintah,
mereka juga dapat didorong untuk berpartisipasi dan terlibat dengan komunitas
mereka. Dalam suatu kasus, pelayanan public baru mendorong semakin banyak
masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab mereka sebagai warganegara dan untuk
pemerintah menjadi sangat peka untuk suara warganegara.
5.
Akuntabilitas tidak sederhana. Pelayan
public harus menjadi perhatian lebih dari pasar; mereka juga harus hadir pada undang-undang
dan peraturan perundangan, nilai komunitas, norma politik, standar
professional, dan kepentingan warganegara.
Persoalan
akuntabilitas sangat komplek. Namun kedua administrasi public lama dan
manajemen public baru cenderung menjadi masalah yang disederhanakan berlebihan.
Contoh, dalam versi klasik dari administrasi public, administrator public
sederhana dan bertanggung jawab langsung untuk petugas politik. Seperti tulisan
Wilson, “[K]ebijakan tidak akan
memiliki noda offisialisme tentang ini. Hal ini tidak akan menjadi kreasi dari
petugas permanent, tetapi negarawan yang bertanggung jawab untuk pendapat
public akan diarahkan dan tidak dapat dihindarkan” (1887; 22). Di luar ini,
akuntabilitas tidak benar-benar suatu masalah; politician diharapkan membuat
keputusan sementara birokrat melaksanakannya. Sebenarnya, dari waktu ke waktu,
administrator public mengasumsikan kapasitas besar untuk mempengaruhi proses
kebijakan. Sehingga, pada akhir spectrum lain, dalam bahasa sehari-hari
manajemen public baru, focus pada pemberian kebebasan besar administrator untuk
bertindak sebagai pengusaha. Dalam peran kewirausahaan, manajer public baru
disebut untuk akun utama dalam istilah efisiensi, efektifitas biaya, dan
responsive untuk kekuatan pasar.
Dalam pandangan
kami, model tersebut tidak mencerminkan permintaan dan realitas dari pelayanan
public hari ini. Agaknya, administrator public adalah dan harus dipengaruhi
oleh dan mengatasi akuntabel untuk konstelasi komplek dari lembaga dan standar,
termasuk kepentingan public, perundangan dan hukum peraturan, perwakilan lain,
level pemerintahan lain, media, standar professional, nilai komunitas dan
standar, factor situasional, norma demokratis, dan tentu, warganegara. Selanjutnya,
lembaga dan standar yang mempengaruhi pelayan public dan untuk mana mereka
mengatasi akuntabel berinteraksi dalam cara komplek. Contoh, kebutuhan
warganegara dan harapan mempengaruhi pelayan public, tetapi tindakan pelayan
public juga mempengaruhi harapan warganegara. Hokum menciptakan parameter untuk
tindakan administrator public, tetapi tata cara dimana pelayan public
menerapkan hokum tidak hanya dipengaruhi implementasi aktualnya, tetapi juga
mungkin dipengaruh pembuat hukumnya untuk memodifikasi hokum. Dengan kata lain,
administrator public mempengaruhi dan dipengaruhi oleh semua dari norma
bersaing, nilai dan preferensi system pemerintahan komplek kita. Variable ini
tidak hanya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh administrator public, mereka juga
merupakan titik akuntabilitas.
Pelayanan public
baru mengakui realitas dan kompleksitas dari tanggung jawab ini. Hal ini mengakui
bahwa administrator public terlibat dalam nilai komplek konflik dalam situasi
berkonflik dan norma tumpang tindih. Hal ini menerima realitas ini dan
berbicara bagaimana administrator public dapat dan harus melayani warganegara
dan kepentingan public dalam kontek. Pertama dan terutama, pelayanan public
baru menuntut bahwa administrator public tidak membuat keputusan ini sendirian.
Keputusan ini melalui proses dialog, perantara, pemberdayaan warganegara, dan
keterlibatan warganegara luas bahwa masalah ini harus diselesaikan. Sementara
pelayan public masih bertanggung jawab untuk menegaskan bahwa solusi untuk
masalah public konsisten dengan hokum, norma demokratis, dan batasan lain, tidak
masalah penilaian sederhana mereka ketepatan ide dihasilkan-komunitas dan
proposal setelah kenyataan. Agaknya, ini peran administrator public untuk
membuat konflik ini dan parameter diketahui warganegara, sehingga realitas ini
menjadi bagian proses pengungkapan. Pelaksanaan tidak hanya membuat solusi
realistic, hal ini membangun kewarganegaraan dan akuntabilitas.
6.
Menilai masyarakat, bukan hanya
produktifitas. Organisasi public dan jaringan dimana mereka berpartisipasi
kemungkinan lebih berhasil dalam jangka panjang jika mereka dioperasikan
melalui proses kolaborasi dan kepemimpinan bersama berdasarkan pertimbangan
semua masyarakat.
Dalam
pendekatannya untuk manajemen dan organisasi, pelayanan public baru menekankan
kepentingan dari “pengelolaan melalui masyarakat”. System perbaikan
produktivitas, proses penyusunan kembali, dan pengukuran kinerja terlihat
sebagai alat penting dalam membentuk system manajemen. Tetapi pelayanan public
baru menyatakan bahwa rasional tersebut mencoba untuk mengontrol perilaku
manusia kemungkinan untuk gagal dalam jangka panjang jika, pada saat yang sama,
perhatian tidak cukup dibayar untuk nilai dan kepentingan anggota individu
suatu organisasi. Selain itu, sementara pendekatan ini mungkin menghasilkan,
mereka tidak membangun tanggungjawab, keterlibatan, dan pekerja berpikiran
sipil atau warganegara.
Jika pelayan
public diharapkan untuk memperlakukan warganegara dengan mempertimbangkan,
mereka harus diperlakukan dengan pertimbangan oleh orang yang mengelola
perwakilan public. Dalam pelayanan public baru, banyak tantangan dan
kompleksitas pekerjaan administrator public diakui. Mereka tidak dipandang
hanya sebagai pekerja yang mengharapkan keamanan dan struktur pekerjaan
birokratik (administrasi public lama), maupun sebagai partisipan dalam pasar
(manajemen public baru); agaknya, pelayan public adalah orang yang memotivasi
dan mendapat hadiah lebih dari hanya persoalan gaji atau keamanan. Mereka ingin
membuat suatu perbedaan dalam kehidupan orang lain (Denhardt, 1993; Perry dan
Wise, 1990; Vinzant, 1998).
Gagasan
kepemimpinan bersama kritis dalam penyediaan kesempatan untuk pekerja dan
warganegara untuk menegaskan dan bertindak pada motif dan nilai pelayanan
public. Dalam pelayanan public baru, kepemimpinan bersama, kolaborasi, dan
pemberdayaan menjadi norma baik di dalam dan di luar organisasi. Kepemimpinan
bersama focus pada tujuan, nilai dan ideal yang mana organisasi dan komunitas
ingin melanjutkan; hal ini harus dicirikan oleh penghormatan yang sama,
akomodasi, dan dukungan. Seperti Burns (1978) akan berkata, kepemimpinan
dilatih dengan bekerja melalui dan dengan orang mentransformasikan partisipan
dan perubahan focus mereka untuk nilai level lebih tinggi. Dalam proses, motif
pelayanan public dari warganegara dan pekerja serupa dapat diakui, didukung,
dan diberi hadiah.
7.
Menilai kewarganegaraan dan pelayanan
public di atas kewirausahaan. Kepentingan public lebih baik dilanjutkan oleh
pelayan public dan warganegara dilakukan untuk membuat kontribusi bermakna
untuk masyarakat daripada oleh manajer kewirausahaan yang bertindak sebagai
jika uang public adalah milik mereka sendiri.
Manajemen public baru mendorong
administrator public untuk bertindak dan berpikir sebagai pengusaha dari
perusahaan bisnis. Hal ini menciptakan pandangan sempit sasaran untuk
dikejar—untuk memaksimalkan produktifitas dan kepuasan konsumen, dan untuk
menerima resiko dan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan seperti mereka
muncul. Dalam pelayanan public baru, ada pengakuan eksplisit dimana
administrator public bukan pemilik bisnis dari perwakilan dan program mereka.
Sekali lagi, seperti yang diingatkan King dan Stivers (1998) kepada kita,
pemerintahan dimiliki oleh warganegara.
Sesuai dengan itu, pelayanan
public baru, mindset dari administrator public adalah program public dan
sumberdaya tidak dimiliki untuk mereka. Agaknya, administrator public telah
menerima tanggung jawab untuk melayani warganegara dengan bertindak sebagai pelayan
dari sumberdaya public (Kass, 1990), pemelihara organisasi public (Terry,
1995), fasilitator kewarganegaraan dan dialog demokratis (Chapin dan Denhardt,
1995; King dan Stivers, 1998; Box, 1998), katalisator untuk keterlibatan
komunis (Denhardt dan Gray, 1998’ Lapped an Du Bois, 1994), dan pemimpin level
jalanan (Vinzant dan Crothers, 1998). Ini adalah perspektif sangat berbeda
daripada pemilik bisnis focus pada keuntungan dan keberhasilan. Sesuai dengan
itu, pelayanan public baru menyatakan bahwa asministrator public tidak hanya
harus berbagi kekuasaan, bekerja melalui masyarakat, dan solusi perantara,
mereka harus mengkonseptualisasikan
ulang peran mereka dalam proses pengaturan sebagai partisipan
bertanggung jawab, bukan pengusaha.
Perubahan ini dalam peran
administrator public telah berdampak sangat besar untuk jenis tantangan dan
tanggung jawab yang dihadapi oleh pelayan public. Pertama, administrator public
harus tahu dan mengelola lebih dari kebutuhan dan sumberdaya dari program
mereka. Jenis pandangan sempit ini tidak membantu untuk warganegara dimana
dunia tidak senang hati dibagi oleh departemen programatik dan kantor. Masalah yang
dihadapi warganegara seringkali, jika tidak biasa, multisegi, berubah-ubah dan
dinamis—mereka tidak mudah jatuh dalam perbatasan dari kantor khusus atau job
description sempit dari seorang individu. Untuk melayani warganegara,
administrator public tidak hanya harus tahu dan mengelola sumberdaya dewannya
sendiri, mereka harus juga sadar dari dan terkoneksi untuk sumber lain dari
dukungan dan bantuan, keterlibatan warganegara dan komunitas dalam proses.
Kedua, ketika administrator
public mengambil resiko, mereka bukan pengusaha dari bisnis mereka sendiri yang
dapat membuat keputusan tersebut mengetahui konsekuensi kegagalan akan jatuh
pada pundak mereka sendiri. Resiko dalam sector public berbeda. Dalam pelayanan
public baru, resiko dan kesempatan terletak dalam kerangka kerja luas dari
kewarganegaraan demokratis dan berbagi tanggung jawab. Sebab konsekuensi
keberhasilan dan kegagalan tidak dibatasi untuk bisnis swasta tunggal,
administrator public tidak diatasi-tunggal memutuskan apa yang terbaik untuk
komunitas. Kebutuhan ini tidak dimaksudkan bahwa semua kesempatan jangka pendek
hilang. Jika dialog dan keterlibatan warganegara berkelanjutan, kesempatan dan
resiko potensial dapat digali dalam tata cara tepat waktu. Factor penting untuk
mempertimbangkan apakah manfaat dari administrator public mengambil tindakan
segera dan berisiko dalam menjawab kesempatan lebih berat daripada biaya
kepercayaan, kolaborasi, dan pertimbangan tanggung jawab bersama.
Dampak dan kesimpulan
Dari perspektif teoritis,
pelayanan public baru menawarkan alternative penting dan dapat berjalan untuk
baik model manajerialis tradisional dan sekarang-dominan. Ini adalah suatu
alternative yang telah dibangun dalam dasar penjelasan teoritis dan inovasi
praktis. Hasil adalah model normative, dapat dibandingkan untuk model lain.
Sementara debat diantara teoris akan berlanjut dan praktisi administrative akan
menguji dan menggali kemungkinan baru, komitmen yang muncul akan memiliki
dampak signifikan untuk praktek. Tindakan bawa administrator public akan mengambil
tanda berbeda bergantung pada jenis asumsi dan prinsip dimana tindakan tersebut
didasarkan. Jika kita mengasumsikan tanggung jawab pemerintah untuk memudahkan
kepentingan diri sendiri individual, kita akan mengambil satu satuan tindakan.
Jika dengan kata lain, kita mengasumsikan tanggung jawab pemerintah untuk
memperkenalkan kewarganegaraan, pengungkapan public, dan kepentingan public,
kita akan ambil keseluruhan satuan tindakan berbeda.
Decade yang lalu, Herbert Kaufman
(1956) menyatakan bahwa sementara lembaga administrative diatur dan
dioperasikan dalam mengejar nilai berbeda pada waktu berbeda, selama periode
dimana satu ide dominant, ide lain tidak pernah secara total diabaikan. Membangun
dalam ide ini, ini dipertimbangkan untuk memikirkan satu model normative
seperti berlaku pada titik saat itu, dengan model lain (atau lainnya) memainkan
peran agak kurang dalam kontek pandangan yang berlaku. Sekarang ini, manajemen
public baru dan penggantinya telah dikembangkan sebagai paradigma dominant
dalam bidang pemerintahan dan administrasi public. Pasti perhatian untuk
kewarganegaraan demokratik dan kepentingan public tidak sepenuhnya hilang,
tetapi agak menjadi subordinasi.
Meskipun demikian, kita
menyatakan bahwa dalam masyarakat demokratis, perhatian untuk nilai demokratis
harus menjadi puncak dalam cara kita berpikir tentang system pemerintahan. Nilai
seperti efisiensi dan produktifitas tidak harus hilang, tetapi harus
ditempatkan dalam kontek lebih luas dari demokrasi, komunitas dan kepentingan
public. Dalam istilah model normative kita uji di sini, pelayanan public baru
jelas kelihatan paling konsisten dengan pondasi dasar birokrasi dalam Negara
ini dan, karena itu, menyediakan suatu kerangka kerja dalam tehnik bernilai
lain dan nilai, seperti ide terbaik dari adminitrasi public lama atau manajemen
public baru mungkin dimainkan. Sementara debat ini akan berlanjut selama
beberapa tahun, untuk sementara waktu, pelayanan public baru menyediakan tempat
disekitar mana kita mungkin memimpikan pelayanan public berdasarkan dan
sepenuhnya terintegrasi dengan pengungkapan warganegara dan kepentingan public.
Sumber: Public
administration review * November / December 2000, Vol.60, No.6
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments
Berkomentar yang sopan, setiap komentar yang sesuai tema akan diterima dengan baik, dan yang Anonymous kami mohon maaf terpaksa dihapus!