JURNAL AMERIKA DALAM PENGOBATAN RUMAH SAKIT DAN PERINGANAN
Pasien Yahudi Dan Dehidrasi Terminal: Dilemma Etika Rumah Sakit
Janet Bodell, SFO, RN, BS
Marie-Ange Weng, RN, Ph.D
Inti sari
Secara budaya perawatan merawat cakap mengenai dilemma etika dehidrasi
akhir (menahan atau menarik makanan dan cairan) bagi pasien rumah sakit Yahudi
meliputi menerapkan prinsip etika keadilan, otonomi, bermurah hati, dan tidak
merugikan kepada campur tangan perawatan dengan mengidentifikasi hasil yang
berfokus pada orang Yahudi yang bernilai tinggi dalam kehidupan; mengabaikan
stereotype (meniru-niru) sebagaimana itu berarti orang Yahudi; pengetahuan
macam-macam tradisi orang Yahudi kematian dan sekarat; dan komunikasi yang baik
dengan pasien dan keluarganya.
Pendahuluan
Dalam
lingkungan pergaulan plural di United States, industri rumah sakit secara aktif
mencoba menyediakan perawatan cakap secara budaya untuk sakit dengan terminal.
Sejak “keinginan menaruh orang itu yang berbeda dari diri orang itu sendiri
dalam kategori . . . mengakibatkan pembebasan”, tantangan bagi perawatan rumah
sakit dalam merawat bagi pasien orang Yahudi adalah kompleks, khususnya ketika
dihadirkan dengan masalah dehidrasi terminal. Bagi pasien orang Yahudi, sebagai
bagian dari budaya pernyataan-kehidupan secara kuat, dehidrasi terminal
menyajikan dilemma etika untuk perawatan akhir hidup. Perawatan rumah sakit
harus memperhatikan sejarah, budaya, dan pandangan theologi orang Yahudi ketika
terkait dengan pasien individual ketika membantu pasien dan keluarganya dalam
membuat atau menolak pilihan ini.
Pandangan komunitas orang Yahudi
Di United States
menurut
sejarah, orang Yahudi belajar membawa tradisi mereka benar-benar dengan
kehidupan hidup mereka dalam komunitas, merawat milik mereka. “itu tidak terjadi
lagi bagaimanapun. Keluarga Yahudi tersebar dan komunitas tertebar”. Maka,
adalah mungkin mengantisipasi perawatan bagi orang Yahudi dalam industri rumah
sakit sekuler.
Juga,
tergantung pada perpindahan tertentu dimana Yahudi mungkin seharusnya (Orthodox,
Konservatif, Reformis, Rekonstruksionis), tidak semua pengikut komunitas agama
tertentu perlu tongkat untuk semua aturan dan kebiasaan. “Yahudi bukan-Orthodox
. . . cenderung memandang Halachah (hukum Yahudi tradisional) sebagai
pokok preferensi dan panduan daripada amanah”. Kemudian, Neurberger
menunjukkan:
Sebagian besar Yahudi dimanapun menganggap diri mereka sendiri sebagai
orang Yahudi dengan masa kedewasaan daripada dengan agama . . . sebagai
tambahan, pernyataan hidup yang teruntai dalam Judaisme sangat kuat, bahkan
diantara mereka yang tidak dipengaruhi dari agama itu sendiri . . .
Dennis mengaitkan bahwa, setidaknya di US, “Keyahudian mungkin
memainkan peran besar dalam kehidupan mereka daripada agama”.
Menahan atau Menarik
Dehidrasi terminal, i.e., menahan atau menarik makanan dan
cairan sebagai alat untuk membolehkan pasien sakit dengan terminal untuk mati, memiliki
keengganan tertentu untuk populasi orang Yahudi karena nilai Yahudi memberi
kehidupan dan makanan sebagai penopang-hidup, penyembuhan, dan agen kesenangan;
jalur yang baik diantara tentang penopang-hidup lawan tentang
memperpanjang-kematian; dan, akhirnya, pandangan konflik dalam macam-macam
sekte Yahudi.
Karena pengalaman sejarah dalam penderitaan dibawah kondisi kemiskinan
di kampung Yahudi Eropa Timur dan Kamp konsentrasi Nazi Jerman, makanan sangat
terkait dengan nilai kehidupan bagi kebanyakan Yahudi. Juga, dari masa “abad ke
21 doketer filosof, Moses Ben Maimon (Maimonides) . . . sup ayam . . . telah
mencapai status gurauan yang ada diantara orang Yahudi” sebagai agen
penyembuhan. “makanan [secara umum] memainkan sebagian besar dalam agama bangsa
Judaisme”.
Yang kedua, Taurat memerintahkan orang Yahudi “untuk memilih hidup”.
Itu mungkin sulit untuk memastikan tentang penopang-hidup lawan dimana mungkin
memperpanjang kematian”. Hukum Yahudi menyatakan bahwa ‘diijinkan untuk
menghilangkan kesukaran sekarat”. Tetapi, pada sisi lain, itu berbicara dalam
hal tugas dan disini ada tugas untuk hidup jika semua mungkin.
Diamant memberi contoh hanya bagaimana penting ini bagi orang Yahudi
menopang kehidupan:
Prinsip agama dalam memelihara hidup manusia (p’kuach nefesh)
dianggap amanah utama. Seorang Yahudi mungkin mematahkan setiap hukum Yahudi –
makan daging babi, bekerja di hari Sabat – jika itu mungkin menyelamatkan
kehidupan atau memajukan pemulihan seseorang yang sakit.
Gordon menentang ahli etika biomedis yang mempertimbangkan therapi
dalam pembuluh darah dan makanan pembuluh
menjadi bentuk perawatan medis (obat) dengan posisi orang Yahudi yang
tidak jelas dan banyak yang diperdebatkan dalam dan diantara macam-macam sekte.
Beberapa otoritas rabbinical (kenabian) membedakan diantara “nutrisi dan
hidrasi” yang diperlukan oleh semua makhluk hidup dan “ilmu kedokteran”. Ada orang Yahudi mengatakan, menyatakan siswa
rabbinical, “jika kamu memiliki dua orang Yahudi memperdebatkan sebuah masalah,
kamu akan berakhir dengan tiga opini!” “mereka yang mengambil warisan orang
Yahudi mereka secara serius, akan terus tidak setuju dengan orang lain”.
Pasien Orang Yahudi Dalam Industri Rumah Sakit US
Pandangan Kematian Orang Yahudi
“tradisi [orang Yahudi] memandang kematian sebagai bagian kehidupan dan
mengajarkan ada ‘waktu untuk mati’”. Akan tetapi, ketika seseorang diperhatikan
sekarat dan bagaimanakah hukum Yahudi mengajarkan tentang ini? Gordon
menyatakan:
hukum mengenai goses [seseorang yang sedang sekarat], ditentukan
oleh pendeta Yahudi ketika “seseorang yang dalam tiga hari kematian”, orang itu
tidak bisa melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup seseorang, bahkan
membebaskan dia menderita
dilemma menarik makanan dan cairan menjadi mengikat kedalam kerangka
waktu terbatas dalam tiga hari sebelum kematian untuk mengatakan bahwa orang
itu adalah “orang sedang sekarat”. Kemudian, Ruang, pengacara, menasehati bahwa
“lebih dari reaksi emosional untuk menahan makanan dan cairan . . .
menghilangkan [mereka] akan tentunya mengakibatkan kematian”. Dalam Judaisme,
ada “pengabaian dengan kepercayaan daripada dengan tindakan atau mitzyah
yang berarti “firman” atau “kewajiban suci”. Maka, bahkan untuk pasien sakit
terminal yang masih tidak dianggap goses oleh hukum Yahudi, firman itu
adalah untuk menghidupkan setiap waktu hingga yang paling sempurna,
dimana meliputi penanganan dengan makanan dan cairan secara alamiah atau, dalam
banyak kasus, secara artifisial.
Faktor
lain dalam dilemma apakah menahan atau menarik makanan dan cairan adalah
jalan-memalukan yang mendorong dari diskusi [kematian] . . . kenyataannya
[orang yahudi] takut kengerian dari kematian”. Penolakan kematian ini, pada
masa, atau ketidak inginan untuk membahas kematian, untuk alasan apapun,
mungkin menghalangi orang sakti dengan terminal dari terdidentifikasi sebagai goses.
Bahkan ahli etika medis mengakui bahwa ideal menilai mereka yang adalah sekarat
tidak dapat diubah “adalah sulit untuk memenuhi . . . dalam membuat kebijakan
kegagalan”. Berarti bahwa diagnosis kegagalan sistem terminal tidak selalu
jelas, kebijakan nilai tentang kehidupan berarti untuk pasien Yahudi, dan juga “tentang
menghargai usaha”, hanya bisa dihakimi oleh pasien Yahudi sendiri dan keluarga
pasien jika dia tidak mampu membuat keputusan.
Kecurigaan
Adalah
fakta bahwa banyak orang Yahudi mencurigai industri rumah sakit US, secara
mendasar pada dua masalah budaya-agama. “yang pertama, orang Yahudi secara umum
merasa bahwa rumah sakit adalah
gerakan Kristen . . . yang kedua . . . kegelisahan yang didasarkan-budaya
golongan Yahudi Amerika disekitar masalah Kematian”, seperti yang sebelumnya
dibahas.
Bagi
Yahudi, merasakan rumah sakit sebagai gerakan “Kristen” mungkin membawa
pemikiran ketakutan, pembuangan, dan penajisan badan. Ketakutan adalah
karena pengalaman masalalu dengan anti-Semitisme; pembuangan adalah
karena pasien dan keluarga orang Yahudi tidak mungkin menyadari bahwa rumah
sakit akan mengijinkan mitzyah “bikkur holim”, i.e., hadir
secara terus menerus pada sisi tempat tidur orang sakit secara terminal; penajisan
badan adalah karena hukum orang Yahudi mengenai perawatan badan pada masa
kematian dan setelah kematian adalah sungguh jelas dan sangat berbeda dari cara
orang Kristen. Dengan pandangan rumah sakit sebagai Kristen, pertanyaan bisa
muncul seperti, “akankah orang Kristen peka terhadap cara orang Yahudi?”
akankah saya mempu memperoleh kebiasaan dan tradisi orang Yahudi saya
dihormati?” keraguan ini sering hadir dalam pasien dan keluarga Yahudi, bahkan
walaupun industri rumah sakit umum
sungguh-sungguh secara transcultural terorientasi dan, untuk bagian
kebanyakannya, sekuler.
Juga,
konsep tempat waktu adalah sangat berbeda bagi pasien sakit orang Yahudi dengan
terminal, ketika dibandingkan dengan pasien Kristen. Jika orang Yahudi merasa
bahwa hanya konsep Kristen dalam melihat kedepan setelah hidup
dan memberikan kehidupan seseorang diatas kasih sayang, Raja Seseorang
[Tuhan] dijaga dalam perawatan rumah sakit, konsep waktu milik orang Yahudi disini
dan sekarang mungkin dipikir salah dipahami atau diabaikan. Walaupun banyak
kepercayaan orang Yahudi di akherat, mereka tidak secara umum memikirkan
tentang apa yang mungkin terjadi setelah kematian, ataupun apakah mereka
tinggal didalamnya. “kehidupan yang ditinggal-dengan baik, daripada ‘kematian
yang baik’ adalah kebahagiaan besar bagi orang Yahudi dalam kejujuran”.
Pengabaian relatif Judaisme kepada akherat muncul dalam hukum dan kebiasaan
[orang Yahudi] disekitar kematian”.
Keluarga dan
Komunitas
Hubungan
adalah konsep kunci dalam spiritualitas orang Yahudi. Penting bagi pasien sakit
orang Yahudi secara terminal adalah keterlibatan keluarga dan seringkali mereka
yang dari komunitas Yahudi mereka. Rabbi Dennis berkomentar, menggunakan konsep
“kematian yang baik” sebagai sebuah analogi:
“kematian yang baik” [bagi orang Yahudi adalah] . . . seseorang dimana
menderita diminimalkan; nilai mereka dinyatakan oleh keluarga, sahabat dan
komunitas; mereka dipastikan terus diingat oleh komunitas kepercayaan; dan
mereka memiliki keyakinan bahwa semua kehidupan mereka sebelum masa itu
memiliki arti.
Perhatian Transkultural, Etika, Dan Resmi
di United States, ada yang mendasari “nilai mutlak dalam etika dan
hukum tentang sekarat dan kematian”. Perawatan melihat nilai ini yang tergambar
dalam kode etik profesional mereka, yang didasarkan pada pandangan Hippocratik.
Angka satu prinsip pandangan ini mengatakan, “tidak berbuat jahat”.
Perhatian transkultural, etika, dan
resmi mengenai dehidrasi terminal (menahan dan menarik makanan dan cairan)
ketika merawat untuk pasien sakit Yahudi secara terminal dalam industri rumah
sakit umum harus meliputi penerapan beberapa prinsip etika, yaitu, keadilan,
otonomi, kemurahan hati, dan tidak merugikan.
Keadilan
Keadilan, mengacu kepada “nilai kewajaran, membutuhkan perlakuan semua
orang . . . tanpa menyimpang. Ini adalah penting bahwa personel rumah sakit menyadari
bahwa Yahudi secara akut sadar fakta bahwa “[Holocaust] dimulai dengan
penerimaan sikap . . . bahwa ada semcam sesuatu seperti hidup tidak berharga
dinikmati”. Prinsip keadilan dalam hal ini mengatakan bahwa sikap demikian
tidak memiliki tempat dalam rumah sakit terhadap setiap pasien. Kebutuhan dan
keinginan individual pasien Yahudi harus diperhatikan oleh personel rumah sakit
dalam penerangan sejarah “horor” ini dan semua ini bisa termasuk bagi pasien
Yahudi dalam tatacara bukan Yahudi.
Otonomi
Prinsip etika dalam otonomi terkait dengan “gagasan kebulatan
tekad-diri. Gagasan persetujuan yang diberitahukan adalah perpanjangan resmi
[dalam prinsip ini]”. Petunjuk sebelumnya, sebuah keinginan etika, dan
kerjasama dengan pasien dan keluarga dalam mengembangkan rencana perawatan
merawat adalah campur tangan untuk memajukan melatih prinsip otonomi untuk
pasien Yahudi. Rabbi Gordon menasehati
congregant Yahudi (anggota kongregasi Yahudi):
Kamu bisa melindungi dirimu sendiri dari perawatan medis yang tidak
diinginkan ketika kamu tidak lagi kompeten dengan mempersiapkan petunjuk
sebelumnya . . . karena tidak ada dokumen bisa mengantisipasi setiap
kemungkinan kejadian medis, kamu juga harus menunjuk seseorang ketika wakil
perawatan kesehatan kamu membuat pilihan untukmu.
Pasien sakit Yahudi secara terminal harus dinasehati pada kemungkinan
dalam menahan dan menarik makanan dan cairan, sehingga mereka bisa membuat
keinginan mereka diketahui dalam petunjuk sebelumnya dan, lebih pentingnya,
untuk wakil perawatan kesehatan mereka berhadapan dengan setiap keadaan yang
tidak diharapkan menurut keinginan pasien sakit secara terminal.
Sebuah keinginan etika adalah “kebiasaan Yahudi yang dihargai-waktu
dalam meninggalkan warisan spiritual untuk keluarga dan teman”. Pasien ingin melakukan
ini, mungkin ingin membantu dari pendeta Yahudi. Sebuah keinginan etika
menantang pasien Yahudi menyebutkan apa yang paling penting dalam kehidupan
mereka dan bagaimana mereka ingin diingat. Keinginan etika disebutkan disini
karena, dalam peristiwa dimana makanan dan cairan ditahan dan ditarik, pasien
yang sedang sekarat mungkin ingin keluarganya memiliki warisan tertulis dimana
dia menilai kehidupan, tetapi juga tidak mencoba memperpanjang kematian,
menurut hukum Yahudi.
Akhirnya, menerapkan prinsip otonomi meminta perawat rumah sakit
bekerja sama dengan pasien Yahudi dan keluarganya dalam mengembangkan rencana
perawatan merawat. Perawatan fisik, meliputi kemungkinan menahan dan menarik
makanan dan cairan harus dibahas; perawatan emosional dan psikologi, meliputi
sistem pendukung pasien siap memperoleh dan sistem pendukung dimana rumah sakit
menyediakan, jika dibutuhkan atau diinginkan; dan, akhirnya, perawatan
spiritual, ketika untuk pasien Yahudi mungkin ingin menyediakan perawatan ini.
Untuk orang Yahudi beragama atau tidak
beragama, memberitahukan pasien dimana rumah sakit menyediakan perawatan
spiritual untuk pasien dalam batas-batas konsep dimana memeluk pandangan bahwa
semua pasien adalah spiritual, sementara beberapa orang adalah beragama dan
beberapa orang tidak. Perawatan spiritual rumah sakit tidak mengubah keyakinan
dan mengacu kepada kehadiran belas kasihan dan empati satu makhluk
manusia kepada orang lain. Perawatan ini mungkin menyediakan banyak kenyamanan
untuk pasien dan Keluarga Yahudi pada waktu keputusan untuk menahan dan menarik
makanan dan cairan dipertimbangkan.
Kemurahan hati dan tidak merugikan
Akhirnya, prinsip bermurah hati (berbuat baik) dan tidak merugikan
(tidak berbuat jahat) bisa diterapkan untuk campur tangan perawatan bagi pasien
Yahudi dan keluarga ketika membuat keputusan untuk memilih atau menolak
dehidrasi terminal untuk perawatan akhir hidup. “ini adalah kebutuhan untuk
menjelajahi pandangan pemberi perawatan keluarga dalam . . . dehidrasi terminal. Itu mungkin
menguntungkan untuk menghitung kembali studi Cox, dimana:
Cox membedakan diantara gejala akut yang menemani penghentian cairan
mendadak dalam kesehatan orang dewasa dari gejala-gejala itu dimana dengan
bertahap berkembang selama proses kematian alami. Opini Dr. Cox dimana
dehidrasi terminal tidak sangat menyakitkan didasarkan pada pengamatan lebih
dari 4,000 pasien yang ditemui.
Juga, menasehati pasien dan keluarga dimana pandangan rumah sakit dalam
campur tangan ini terkait dengan motif menjaga kenyamanan pasien dan tidak
untuk “membunuh pasien”. Memberitahu pasien dan keluarga dalam waktu ketika
tubuh manusia tidak bisa lagi menguntungkan dimana seharusnya menguntungkan, i.e.,
makanan dan cairan. Secara aktual, menyediakan makanan dan cairan mungkin membebani
pasien, yang, tidak mampu memetabolis mereka dalam akhir hidup, akan untuk
perlengkapan dan edema paru-paru. Zerwekh menulis dalam “keuntungan” dehidrasi
terminal pada akhir hidup. Keuntungan itu lebih sedikit episode tidak
terkendali, lebih sedikit penderitaan muntah, dan pembuluh atau isapan tidak
akan perlu untuk pengurangan tekanan udara. Satu studi dia juga menyebutkan
titik untuk sebuah kemungkinan “pengaruh anesthesi melalui perubahan kimia
darah”.
Evaluasi
yang banyak dan menaksir lagi pasien sakit Yahudi secara terminal adalah
penting sekali untuk menerapkan prinsip tidak merugikan. Karena hidup adalah
seperti nilai yang dipandang bagi orang Yahudi, membuat pilihan ini mengenai
masalah akhir hidup, seperti menarik dan menahan makanan dan cairan, mencoba
untuk mengetahui ketika hidup tidak ditopang tetapi kematian diperpanjang, bisa
sangat menyakitkan bagi keluarga orang Yahudi. Perawat rumah sakit harus
diberitahu dalam gambar klinik untuk mengaitkan informasi ini dalam cara yang
sensitif dan tepa waktu, sehingga pasien Yahudi (jika mungkin) dan keluarga
mampu membuat pilihan yang diberitahukan menurut pandangan Yahudi khusus
mereka.
Kesimpulan
Dehidrasi
terminal mungkin adalah opsi yang dapat hidup untuk perawatan akhir hidup untuk
pasien Yahudi, menyediakan bahwa laporan yang menyenangkan dalam kondisi
penurunan pasien diberikan untuk keluarga (atau wakil perawatan kesehatan) jika
pasien tidak mampu berbicara untuk dirinya. Perawat rumah sakit harus
memberikan tanda klinik yang mendetail, jika mungkin, dimana campur tangan
selanjutnya, seperti menyediakan makanan atau cairan, secara aktual bisa
memperpanjang proses sekarat, dimana melawan hukum Yahudi tradisional, dan maka
mungkin membantu keluarga membuat pilihan yang diberitahukan. Juga, ini adalah
sangat penting bagi perawat rumah sakit menjadi peka terhadap fakta dimana dehidrasi terminal
mungkin menyajikan dilema etika ketika merawat untuk pasien sakit Yahudi secara
terminal karena banyaknya keputusan sulit dalam menentukan dimana pasien Yahudi
dalam periode tiga hari sebelum kematian diperhatikan orang sekarat (goses),
menurut hukum Yahudi dimana menyatakan kesukaran mungkin dihilangkan pada waktu
ini. Akhirnya, perawat rumah sakit harus mengembangkan rencana perawatan
merawat kerjasama dengan ukuran pendukung dengan menggunakan campur tangan yang
menandai hasil yang menerapkan prinsip etika keadilan, otonomi, murah hati, dan
tidak merugikan.
Sumber: American
Journal of Hospice and Palliative Care. Volume 17, number 3, May/ June 2000
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments
Berkomentar yang sopan, setiap komentar yang sesuai tema akan diterima dengan baik, dan yang Anonymous kami mohon maaf terpaksa dihapus!